Home Life Perwira Prajurit Karier TNI adalah Takdir yang Dipilih!
Perwira Prajurit Karier TNI adalah Takdir yang Dipilih!
Unknown January 16, 2019 64
"Dulu saya
paling ogah-ogahan banget lah kalau ditanya soal cita-cita jadi TNI. Kakek, Ibu, Om, tetangga kerjanya pada jadi TNI berjamaah, jadi
pengen aja cari yang beda sebenernya. Saya ingin profesi yang
lain dengan harapan dapat memiliki kreativitas yang inovatif di
lingkungan saya. Namun pada akhirnya saya pilih TNI sebagai jalan
hidup karir saya."
It's been almost 2 Years of Service
Sesungguhnya saya sudah pernah singgung tentang
dunia militer di artikel pertama saya yang berujudul "Kelahiran
dari Kebaruan", artikel tersebut bisa kalian akses dengan cara search menggunakan
ikon kaca pembesar di menu bar atas. Artikel pertama itu saya
publish pada tanggal 18 November 2016 (silaaam
banget wkwkw), saya bercerita mengenai Emak saya yang pernah mengabdi
sebagai Wanita TNI Angkatan Laut selama lebih dari 32 tahun, pensiun
2011. Kebayang kan kalo ngamuk di rumah bagaimana? Dengan rumus The
power of Emak-emak + Militer, seakan tidak ada jalan
keluar untuk seisi rumah, I love her very much by the way! Beliau ditugaskan di satu kota saja semasa dinasnya yaitu Surabaya, the city where I was born and raised dan sekarang saya telah
merantau meninggalkan kota itu demi mencari sesuap emas – optimis
ya. Saya gak pernah kebayang bakalan kerja di satu tempat
bertahun-tahun menggunakan pakaian yang sama setiap harinya,
pakaiannya kembaran pula sama temen-temen sekantor. Dulu saya punya
mimpi untuk diaspora (tinggal dan menetap di luar negeri demi
mendapat kehidupan yang lebih tertata). Tentunya sangat bertolak
belakang dengan kehidupan militer khususnya angkatan laut. Itulah
alasan mengapa saya paling ‘ogah bener’ kalau diminta orang tua
atau sanak saudara buat daftar militer, impian diaspora saya lenyap
dong. Tapi kenapa sekarang saya malah berprofesi sebagai Perwira TNI
AL? Begini cerita singka...aa....aatnya.
Emakku tersayang, hey ada ponakan ganteng
Saya adalah anak bungsu dari 3 bersaudara di
keluarga saya. Pada umumnya, si kecil ini mintanya macem-macem banget
dan harus dituruti. Sehingga pada saat saya kuliah di ITS jurusan
Teknik Kelautan, saya diberi kebebasan yang cukup oleh kedua orang
tua saya dalam memilih dan mengambil kesempatan. Namun
pilihan-pilihan yang saya rencanakan ternyata banyak membutuhkan
biaya yang gak sedikit, sedangkan keluarga saya mengalami
permasalahan finansial yang cukup berat pada kala itu. Melihat
rekening keluarga dan impian saya, rasanya mustahil semua itu akan
terwujud. Pada saat kuliah, saya bermimpi:
1) Ingin bayar kuliah sendiri
2) Ingin daftar Gym di tempat yang bagus (resolusi
tahun baru 2013 ala-ala wkwk)
3) Ingin kursus Bahasa Inggris
4) Ingin Pergi jalan-jalan ke luar negeri, dan
lain-lain.
Intinya saya ingin yang mahal-mahal tapi gak minta
orang tua karena sadar diri. Untuk tambahan tabungan saya, saya juga
pernah mencoba melamar kerja sebagai resepsionis sebuah apartemen di
Surabaya, mereka butuh yang bisa Bahasa Inggris katanya, jadi saya
daftar dan nego untuk pilih shift kerja pada sesi interviewnya, karena maklum masih menyesuaikan jadwal kuliah. Sehari kemudian saya
ditelpon apartemen dan saya dinyatakan diterima bekerja. Terus Emak
saya marah ala-ala TNI dong ya, saya daftar kerja gak bilang-bilang, beliau takut saya bakalan keteteran dengan tugas-tugas kampus
saya, apalagi tugas rancang bangunan pada saat itu. Semalem suntuk
saya diberi khotbah/ pidato/ siraman rohani/ tausiyah (whatever
you call it) oleh Emak sampe nyambung waktu Tahajud. Akhirnya saya telepon balik ke Pihak apartemen kalau saya batal minat
jadi pegawai di sana. Sampai pada akhirnya saya harus puas
dengan kerja part time sebagai guru les setiap senin-jumat
malam setelah pulang kuliah mengajar 8 murid demi memenuhi mimpi saya di poin 1 dan
2.
Sejauh ini belum ada bau-bau militer ya.... kecuali
marahnya Emak. Sabar.......
Nah, saya udah jadi guru les gitu masih merasa
kurang, yah.. gimana mau jalan-jalan ke luar negeri kalo cuman
mentok jadi guru les paruh waktu? Saya mulai cari-cari beragam jenis
beasiswa mulai dari yang kelas ringan sampai yang ditawarkan oleh
perusahaan multinasional yang cukup besar. Dari uang
beasiswa-beasiswa itu saya bisa nge-gym dan sekaligus beli-beli
suplemennya yang terbilang gak murah (thanks to the scholarships
providers who had helped me build my body and health .. oops). Tapi saya juga gak lupa untuk bayar SPP kuliah dari
beasiswa-beasiswa itu, jadi masih dalam batas ‘tanggung
jawab’. Sejauh ini masih belum juga nyentuh ke mimpi poin 3 dan 4.
Di tahun ke 2 masa kuliah, saya "beranikan
diri" daftar jadi volunteer untuk Kantor Hubungan
Internasional Kampus ITS (ITS IO -
International Office). Kenapa kata-kata "beranikan diri"
saya kasih tanda petik dua, karena saingannya pada saat daftar itu
anak-anak encer.. otaknya yang encer maksudnya. Pada "cas
cis cus" kalo bahasa inggris-an. Terus pada kelihatan
punya leadership dan kreativitas yang outstanding banget
lah. Proses seleksi lebih dari 3 hari yang macem-macem banget
tahapannya, tapi Alhamdulillah.. nama saya nyempil juga di daftar
peserta yang lolos. Hampir 2 tahun saya bekerja sukarela sambil
mengasah bahasa inggris dan leadership saya di sana dan
alhamdulillah bersama dengan mereka saya diberi kesempatan pergi ke 3 negara untuk misi-misi akademik (point 3 and 4 were
finally accomplished). Sampai sekarang saya masih kagum dengan
orang-orang ITS IO, bahkan Kepala ITS IO kami yang memiliki timeless
spirit, Dr. Maria Anityasari yang juga Dosen Teknik Industri ITS,
tahun 2018 lalu ditetapkan sebagai salah satu dari beberapa wanita
luar biasa dari berbagai Negara di dunia yang menjadi leader
dibidang science, technology, engineering, arts, and math yang
acaranya di gelar di Wanshington DC, Amerika Serikat oleh National
Geograpich. Bukan hanya beliau, tapi teman-teman ITS IO saya yang
lain juga sudah tersebar di seluruh penjuru bumi dan membawa sang
Merah Putih dalam karya-karya mereka pada bidang masing-masing di
luar negri sana yang gak bisa saya sebutkan satu-satu. Intinya saya
bangga bisa menjadi salah satu orang yang dikenal mereka, karena
rata-rata pada visioner semua.
Bersama Dr Maria (berkacamata) dan Beberapa Alumni Volunteer ITS IO
Dr Maria saat di Washington DC - Natgeo
Mana TNInya? Nih kita mulai masuk yak,
sabar… we are now jumping into it.
Bisa kebayang dari pengalaman saya di atas, kenapa
kok saya “ogah” jadi TNI meskipun saya dibesarkan di keluarga
militer? Mulai masuk tahun ke-4 kuliah. Mulai bingung.......
gupuh..... panik..... BUKAN bingung mau lanjut ke mana setelah lulus,
bukan juga bingung bakal kerja di mana, karena pada saat itu udah sempet
yakin mau langsung daftar beasiswa S2 di National Chengkung
University Taiwan. Udah mantaplah sama pilihan itu, so confusion
was not my thing at the moment. Jadi kebingungan saya adalah,
bingung karena udah jarang program beasiswa untuk mahasiswa tahun
ke-4. Program beasiswa biasanya untuk mahasiswa tahun ke-2 dan/atau
ke-3. Jadi saya mulai mangatur bagaimana caranya hemat. Sampai
akhirnya saya terpikir dan melihat adanya peluang beasiswa yang
disediakan oleh TNI atau disebut Program Mahasiswa Beasiswa TNI.
Program itu diadakan untuk membiayai mahasiswa tahun ke-4 hingga
menyelesaikan skripsi dan WAJIB mengabdi pada TNI setelah lulus
kuliah. TNI, ini kata kuncinya. Peluang beasiswa untuk tahun
ke-4 udah nemu, dan bergelut dengan kebingungan yang baru. Rencana
daftar beasiswa S2 NCKU di Taiwan seakan goyah. Bisa saja sih saya
gak ambil itu beasiswa TNI dan kekeuh sama rencana S2 saya dan
'ber-diaspora'. Tapi... setelah lihat peluang beasiswa TNI itu, saya
jadi berpikir ulang untuk daftar beasiswa S2 Taiwan lalu pergi ke
luar negeri dan menetap di sana. Yah.. sebenarnya sok-sok an juga
sih, belum tentu saya keterima di dua-duanya, wkakak. Tidak apapa, kan berandai-andai itu bebas!
Campus Life - 2014
Sekedar info, saya dibujuk seisi keluarga untuk coba seleksi TNI setelah lulus sekolah dan mempersiapkannya terlebih dahulu. Harapan-harapan itu mulai tercium ketika saya diterima di kelas IPA saat kelas 2 SMA (2010), karena lulusan kelas IPA merupakan salah satu syarat masuk akademi militer (taruna) AD, AL, AU dan saya gak mau sama sekali untuk daftar, karena bayangan saya udah kuliah, kuliah, kuliah. Hingga akhirnya Juni 2015, saya mulai bertanya pada Emak, Bapak, Kakak terkait pertimbangan saya soal beasiswa TNI. Mereka semua mendadak senengnya bukan main mashaallah seolah-olah anaknya udah jadi jendral aja padahal daftar juga belum tentu diterima di seleski berkas (wkakak). Tapi memang karena mereka kepingin ada yang meneruskan amanah sebagai TNI, jadi pas tau saya tanya-tanya (doang dan belum tentu tertarik) soal beasiswa TNI mereka udah anggep saya dapat hidayah besar dari Allah SWT dan selamat dunia-akhirat (ampun). Juni 2015, saya mulai ganti program olah raga saya demi mempersiapkan di seleksi beasiswa TNI, yang awalnya gym dan treadmill doang, saya ubah jadi program jasmani ala-ala seleksi milter (saya menjabarkan yang ini ntar-ntar aja kali yak, kepanjangan nih artikel keburu bosen yang baca.) Intinya program laithan saya berubah, yang awalnya badan seger-seger gempal (wokakakak jijique!), berubah jadi agak kering, wajar banyak kardionya kalo udah masuk military training program. Dua bulan berlalu, September 2015 adalah bulan yang sangat kritis akan keyakinan dalam memilih, karena:
1) Penerimaan Pendaftara Beasiswa TNI 2016
mulai dibuka. Proses seleksi keseluruhan dilaksanakan selama 3
bulan terdiri dari; berkas-berkas yang seabrek, tes kesehatan yang
dilakukan sebanyak 2 tahap, tes psikologi wawancara dan tulis, tes
kesehatan jiwa wawancara dan tulis, tes mental ideologi wawancara
dan tulis, tes logika, tes kesegaran jasmani (lari, renang dan
antek-anteknya), tes postur tubuh dan lain-lain. Kebayang, serangkaian itu dilakukan 2 kali, yaitu saat selesksi tingkat
daerah/provinsi dan selanjutnya jika lolos akan diseleksi lagi dengan
skala nasional, dipertemukan dengan pendaftar dari berbagai daerah di
Indonesia. Jelas kan kenapa bisa sampai 3 bulan proses seleksinya? Karena saya saat itu masih kuliah semester 6, jadi saya sering ijin
gak masuk kuliah demi mengikuti proses seleksi.
2) Open Recruitment untuk
pendaftar beasiswa program S2 National Ceng Kung University (NCKU)
Taiwan. Dimulai dengan melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan
dan mengikuti Interview dengan Profesor dari NCKUnya langsung untuk
mendapatkan sponsor/Letter of Acceptance (LoA) oleh
profesornya secara personal, yang berikutnya ketika selesai skripsi
akan dilanjutkan oleh proses-proses berlanjut hingga menerima LoA
dari institusi.
Kedua kesempatan tersebut dibuka dibulan yang sama
dan pada saat itulah saya dihadapkan dengan dua pilihan yang cukup
membuat saya banyak melakukan analisa terhadap hati saya sendiri.
Meskipun saya sudah mempersiapkan latihan untuk seleksi beasiswa TNI
selama dua bulan, tetapi impian saya untuk mengadu nasib di negara
orang tetap mengusik hati dan pikiran saya. Saya googling
banyak soal karir militer dan S2 di Taiwan. Keduanya memiliki nilai
positif dan negatifnya masing-masing. Kalau saya pilih S2 di Taiwan,
mungkin saya akan memaknai arti kebebasan dan tanggung jawab akan
pendidikan yang tinggi. Tetapi saya akan benar-benar jauh dari
orang-orang terdekat saya seperti orang tua, kedua kakak saya, pacar
saya dan banyak hal yang saya pertimbangkan. Iya tau, kalo
saya ke Taiwan juga pasti dapet temen baru, tapi entah saat itu saya
galau akut, padahal itu adalah cita-cita saya sejak remaja. Kalau
saya masuk militer, mungkin saya akan dibatasi oleh banyak hal,
kreaitivitas saya akan terkunci sementara, berhadapan dengan situasi
yang saklek dan keras. Tapi dengan bergabung di militer, mungkin akan
melatih saya dalam menghargai kesederhanaan dan perdamaian dalam
kehidupan. Dilema ya… Padahal belom tentu keterima dua-duanya. Akhirnya saya putuskan untuk menjalani kedua seleksinya dibulan yang sama, yakni September 2015. Pada bulan
Oktober, seleksi berkas TNI selesai, saya berhak mengikuti rangkaian
seleksi selanjutnya, dibulan Oktober 2015 juga saya resmi dapat surat
tanda bahwa saya diterima oleh salah satu profesor NCKU sebagai
sponsor saya dan beliau menyatakan menunggu ketertarikan saya setelah saya skripsi untuk selanjutnya nama saya bisa diajukan
ke level institusi untuk mendapatkan LoA dari NCKU. Intinya, jika saya minat NCKU maka saya akan diberangkatkan setelah saya menyelesaikan skripsi saya. Namun apabila saya batal minat, maka saya bisa konfirmasi ke profesornya kalo saya batal ambil beasiswanya. Saya merasa ini
salah satu yang dapat saya andalkan ketika saya lulus nantinya, Pada saat itu saya masih semester 6 ya.. Kepuasan belum terpenuhi karena saya
masih ditengah-tengah rangkaian seleksi beasiswa TNI. Yang awalnya
saya merasa seleksi TNI ini hanya untuk coba-coba berhadiah, hingga
akhirnya saya lolos sampai seleksi pusat di Jakarta. Di sana para
peserta dikarantina kurang lebih 2 minggu di markas TNI AD untuk
menjalankan serangkaian seleksi. Disaat itu lah saya tiba-tiba merasa
sangat ingin diterima, gak mau gagal, gak mau pulang dengan
kegagalan, ingin pulang dengan berita baik, dan seolah saya melupakan
surat tanda diterima oleh Profesor NCKU yang sudah bersedia menjadi
sponsor saya bila saya minat setelah selesai skripsi. Mengingat
banyak keluarga dan orang-orang terdekat yang menanti kabar baik saya
dan berdoa untuk saya di Surabaya, semakin membuat saya mengerahkan
tenaga yang saya punya demi diterima di seleksi TNI ini.
Pada 11 November 2015: Saya resmi dilantik menjadi
Mahasiswa Beasiswa TNI Matra Angkatan Laut di Markas Besar TNI.
Alhamdulillah, saya pulang dengan membawa berita baik untuk keluarga
dan orang-orang terdekat saya. Saya memilih untuk
mengabdi di TNI bukan menempuh pendidikan S2 di NCKU. Pada 19 September
2016 saya diwisuda dari ITS Surabaya dan mendapatkan apa yang saya
inginkan saat saya SMA, yaitu menjadi Sarjana Teknik. Setelahnya,
saya melanjutkan kehidupan saya di pendidikan Militer di Magelang,
hingga 21 Juli 2017 saya dilantik menjadi Perwira Angkatan Laut.
Amanah ini telah menggiring saya untuk mengabdi pada Pushidrosal
(Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL) yang bertempat di Jakarta hingga sekarang.
Saya sempat membanding-bandingkan kehidupan saya (BUKAN dengan
kehidupan orang lain). Saya penasaran bila saya mengambil kesempatan
beasiswa S2 di Taiwan, seperti apa kehidupan yang saya punya
dibandingkan dengan kehidupan militer yang saya punya sekarang.
Namun, saya percaya bahwa tidak ada yang perlu disesali atau
disayangkan karena semua itu adalah pilihan saya sendiri. Menjadi
Perwira TNI AL adalah pilihan saya sendiri, bukan paksaan. Saya
bersyukur karena saya bisa menggunakan ilmu yang saya emban di Kampus
untuk mengabdi pada negara saya sendiri bukan untuk lainnya. Bahkan
ketika saya merasa goyah dengan keyakinan saya, saya selalu berusaha
mengingat jawaban saya sendiri saat saya menjalankan tahap wawancara
mental ideologi di seleksi TNI dulu. Ketika saya ditanya oleh
interviewernya “Kenapa berminat daftar TNI? kan sudah kuliah S1 dan
bahkan sempat ikut program ke luar negri saat kuliah? kan bisa kerja
di perusahaan asing atau semacamnya dan bisa mendapatkan gaji lebih
tinggi dibanding jadi TNI?” dan saya menjawab dengan hati saya
saat itu,
“Saya memilih untuk menjadi Perwira Prajurit Karier TNI, karena saya dididik secara formal oleh negara ini sejak saya TK hingga di bangku universitas. Saya tidak mau dengan cara apapun mengabdikan diri saya untuk bangsa lain. Dan saya yakin, melalui TNI ini, saya akan dapat berkontribusi penuh dalam kepentingan negara saya sendiri bukan negara lain.”
Saat 3 Bulan Pertama Menjadi Perwira Pushidrosal
Saat mewakili Pushidrosal di Pertemuan Kantor Hidrografi antar Negara di Shanghai, China 2018
Terima kasih telah membaca, tanggapan kalian berarti :)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
First Launched Article
Kelahiran dari Kebaruan
"Sama halnya dengan bayi-bayi yang membutuhkan orang tua mereka untuk menuntun tumbuh kembangnya, para penulis membutuhkan pembaca u...

Selamat malam mentor, still mentor. Mhi memberikan saran, Kemampuan menulis mentor bisa dikembangakan ke tulisan militer. Majalah/tabloid tni AL. Siapa tau mentor bakal dikenal sebagai penulis AL.
ReplyDeleteWaduh2 masih jauh hehe makasih udah baca yaa
DeletePanutanqueeeee��
ReplyDeleteHaloo makasihhh udah bacaa
DeleteInspiring banget, bukan bearti menjadi TNI ga bisa berbuat lebih 😭
ReplyDeleteBetull harus bisa kontribusi dimanapun kita berada yaa. Makasih udah baca
DeleteSangat memotivasi lanjutkan abang menulisnyaa👍👍💪
ReplyDeleteTerima kasih banyak udah bacaa
DeleteKeren,,
ReplyDeleteMakasihh
DeleteSangat memotivasi mas pengalaman yang mirip dengan saya yang harus memilih antara its dan akademi semoga saya mulai bisa berfikir kritis. Kalau bisa boleh minta saran tentang pilihan saya?
ReplyDeleteHalo. Salam kenal. ITS jurusan apa tahun brapa??
DeleteMantul mantul
ReplyDeleteLoh.. makasih udah mampir wkkw
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteInspirasi banget kak.. Mungkin bisa jadi konselor saya kak.. Bimbang banget ini...
ReplyDeleteAyo saya bisa bantu apa 😄
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlways proud of you jallll 😊 Keep inspiring yaaa, sukses teruss karirnyaa . Terus semangat bagi ceritaa menginspirasii lainnya 😊
ReplyDelete
DeleteHalo lusii makasih ya. You’re one of them who has inspired me much. 😊
keep inspiring people. semangat jalani hidup, berkarya dengan niat ibadah pada Allah
ReplyDeleteAlhamdulillah thank you my inspirational brother!!!
Deletememotivasi banget, aq nangkapnya kayak gini sih, sesuatu yg awalnya ndak kita suka sama sekali tapi pada akhirnya Tuhan berkata lain dan pantesnya kamu tu disini.
ReplyDeletenice story, lanjutkan bang brooo
Thank youuu makasih udah baca 😄 setuju dengan pendapat soal pendapat Tuhan. As long as we work on our plans
DeletePejuang PK AD doain aku ka dari ipb teknik sipil dan lingkungan
ReplyDeleteSemoga sukses ya kabar2i kalo diterima
Deletekeren.. sukses terus ka malawi👍
ReplyDeletebikin blog lagi kaa tentang pengalaman selama jd taruna di TNI AL dan pengalaman di pushidros
Saya bukan Taruna. Tapi perwira karier hehe makasih udah mampir di blog saya ya. Nanti saya nulis lagi
DeleteMasha Allah
ReplyDeleteKak Bias komen sini juga. Thank you once againn Kak
DeleteGOKIL!
ReplyDeleteOi thank you for coming here
DeleteIngin mengabdi untuk negara dr lulus sma nggak lulus, skrg ingin coba mengabdi lagi tp mubgkin ipk nggak sampe 3 di FT ��, ada saran kah bang?
ReplyDeleteCoba perhatikan lagi sekitar kamu siapa tau ada peluang2 yg gak terduga
DeleteIni baru contoh panutan yang wajib di tiru mantap deh mas Rizal Malawi 👏👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
ReplyDeleteSiapapun kamu makasihhh
DeleteSUPERB!! Semoga karirnya di TNI semakin baik, kelak menjadi penguasa yang bermoral tinggi :)
ReplyDeleteSee you on top, brother!
Halo one of the persons I get inspired with!!! Makasih ya udah mampir sinii
DeleteWaah inspiratif mas, semangat terus
ReplyDeleteMakasih Eros. Yg lagi hobby nyanyi ga nyangka suara bagus juga
DeleteKeren om, sangat memorivasi :)
ReplyDeleteMakasih udah baca yaa ;)
DeleteWkwk terima kasih udah mampirr
ReplyDeleteArtikel yang bermanfaat sekali..
ReplyDeleteAlhamdulillah terima kasih
DeleteU nailed it dude!*komen versi mainstream
ReplyDeleteThank you *jawaban versi mainstream
DeleteInspirasi dan sangat memotivasi, mantap 👍
ReplyDeleteTerima kasih sudah mau baca artikelnya :)
Deletewah emaknya keren, puluhan tahun berperan sebagai wanita tangguh. Salute!
ReplyDeleteMakasih ya udah mampirr:D
DeleteTulisan dek Rizal sangat memotivasi saya..keep inspiring ya dek, barokallah :)
ReplyDelete
DeleteEmak saya yg menginspirasi Mbak Nela, tangguh dan endurancenya gede sbagai perempuan. Wkwk makasih mbak Nel udah mampir ya:D ga nyangka sampe dibaca mbak Nels
Sangat mengispirasi bang...luar biasa perjalanan hidupny...sukses terus bang..banyak belajar kisah dari bang malawi..semoga tetap mengispirasi banyak orang ..
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir ya:)
DeleteTerkesima masya allah ud ganteng .. sukses .. proud of you... bangga wanita yg sdh memiliki km ..
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah baca ya:)
DeleteTahun berapa kah kl boleh tahu ...😊..
ReplyDeletetahun?? saya umur 24 tahun
Deletesemoga pilhannya mmebawa amanah
ReplyDeleteAamiin terima kasih sudah mampir ya
DeletePerjalanan karir yg indah. Bisa dijadikan bahan pas ngajar bimbingan karir di skolah. Trmksh ya ��
ReplyDeleteWah terima kasih sekali semoga dapat menginspirasi:D salam kenal terima kasih udah baca
DeleteCeritanya hampir mirip dg history saya. Dan saya pun selesai S1 Teknik Informatika. Jg mau ambil Spapk Perwira TNI. Smg thun depan 2020 dpat lolos seleksi. Dan dpt sbg abdi negara.
ReplyDelete